KOLAKA UTARA- Pasangan Suami-Istri (Pasutri) Erwin Fitriyanto (37) dan Asih (35) yang merupakan pengusaha tahu dan tempe di Kecamatan Lasusua, Kolaka Utara (Kolut) diduga jadi korban pemerasan oleh oknum yang mengaku wartawan dan anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tempat usaha mereka diancam ditutup permanen jika permintaannya tidak dipenuhi.
Dugaan itu terungkap disaat pasutri tersebut tidak lagi memproduksi tahu dan tempe di lahan miliknya yang bertempat di jalur dua DPRD-Tugu Cengkeh Lasusua. Keduanya terpaksa membongkar tempat produksinya dan numpang di lahan milik orang lain karena mengaku kerap diteror melalui telpon selular.
Erwin saat ditemui sejumlah awak media menjelaskan jika persoalan tersebut bermula disaat dua orang yang mengaku wartawan dan LSM menanyakan soal izin dan pengelolaan limbah.
“Izin ada. Tinggal pengelolaan limbah hingga kami pun langsung buat. Namun karena masih proses, mereka pun terus menelpon dan mengancam akan didemo, dilaporkan dan ditutup paksa,” ujarnya, Senin (10/3/2025).
Oknum yang mengaku wartawan itu dikemukakan inisial A dan terdapat empat orang lainnya lagi yang beberapa diantaranya ia ketahui inisial A dan H.
“Dua orang datang siang hari dan tiga orang malam hari pada waktu berbeda,” katanya.
Pasca pertemuan, percakapan dan permintaan selanjutnya dikatakan hanya via telpon melalui tetangganya inisial T sebagai perantara. “Kata tetangga mereka sudah mau ribut dan sudah siap demo hingga sousinya diberi saja pembeli rokok sebanyak Rp.1 juta,” bebernya.
Erwin pun yang khawatir tempat usahanya ditutup terpaksa memenuhi permintaan itu. Namun disaat uang tersebut hendak diserahkan, mereka mengaku jumlahnya kurang dan meminta ditambah menjadi Rp.3 juta.
“Kami sudah kasi semua. Katanya kalau ada teman-temannya yang lain datang kasi saja amplop (uang),”beber Erwin dikutip dari T.
-Korban Kerap Menangis Karena Takut, Tempat Usaha Terpaksa Dibongkar
Erwin mengira jika usai memberi uang pembeli rokok sebesar Rp.3 juta itu sudah bernafas lega. Rentetan telpon dikemukakan masih terus menerornya baik siang dan malam hari secara berulang dengan permintaan serupa.
Akan tetapi hal itu tidak bisa ia sanggupi lagi karena dananya tersisa hanya untuk modal usaha dan gaji beberapa orang karyawanya. Di hari berikutnya, ia pun disampaikan oleh pekerjanya jika pihak DLH dan Dinkes telah datang meninjau tempat produksinya.
“Saya tidak di tempat dan anggota saya juga tidak sampaikan apa hasil kunjungannya. Sementara mereka (oknum) masih terus menelpon dan saya tidak tahu dapat dari mana nomor saya,” katanya.
Pasutri tersebut mengaku tidak tenang terus digerogoti oleh para oknum tersebut. Dengan berat hati, tempat usaha yang berdiri di lahan miliknya selama ini terpaksa ia bongkar dan memilih menumpang di lahan milik kenalanya yang berbaik hati.
“Istri saya itu kasian setiap ada orang ke rumah selalu menangis, takut tempat kami cari nafkah ditutup permanen. Saya pun bingung dan susah tidur pikirkan itu hingga putuskan dibongkar saja,” tuturnya.
Erwin mengaku ingin tenang mencari rejeki dengan menjalankan usahanya dan berupaya untuk berbenah sesuai anjuran pemerintah. Istrinya juga disebut trauma dan tidak ingin kembali membangun usahanya di lahan yang telah lama ia tinggali selama ini.
“Istri saya tidak mau bangun kembali di tempat itu. Biar saja katanya numpang di lahan orang asal bisa jalankan usaha dengan tenang. Saya kasian juga dengan pekerja saya karena sempat lama kami berhenti produksi,” tutupnya iba.(r)