HEALTH

Ketimpangan Kesehatan Disebut Memperpendek Harapan Hidup Hingga Puluhan Tahun

86
×

Ketimpangan Kesehatan Disebut Memperpendek Harapan Hidup Hingga Puluhan Tahun

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

Sebuah laporan global yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti bahwa penyebab mendasar dari buruknya kesehatan sering kali berasal dari faktor-faktor di luar sektor kesehatan, seperti kurangnya perumahan, pendidikan, dan kesempatan kerja yang berkualitas.

Laporan Dunia yang baru tentang faktor penentu sosial pemerataan kesehatan menunjukkan bahwa faktor penentu tersebut dapat menyebabkan penurunan drastis harapan hidup sehat terkadang hingga puluhan tahun di negara-negara berpendapatan tinggi dan rendah.

Misalnya, orang-orang di negara dengan harapan hidup terendah, rata-rata, akan hidup 33 tahun lebih pendek daripada mereka yang lahir di negara dengan harapan hidup tertinggi. Faktor penentu sosial pemerataan kesehatan dapat memengaruhi hasil kesehatan orang lebih dari pengaruh genetik atau akses ke perawatan kesehatan.

“Dunia kita tidak setara. Tempat kita dilahirkan, tumbuh, tinggal, bekerja, dan menua secara signifikan memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan kita,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Namun, perubahan ke arah yang lebih baik adalah mungkin. Laporan dunia ini menggambarkan pentingnya mengatasi faktor penentu sosial yang saling terkait dan memberikan strategi berbasis bukti serta rekomendasi kebijakan untuk membantu negara-negara meningkatkan hasil kesehatan untuk semua.

Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa ketidakadilan dalam kesehatan terkait erat dengan tingkat kerugian sosial dan tingkat diskriminasi. Kesehatan mengikuti gradien sosial, di mana semakin miskin suatu daerah tempat tinggal penduduk, semakin rendah pendapatan mereka dan mereka memiliki lebih sedikit tahun pendidikan, kesehatan yang lebih buruk, dengan lebih sedikit tahun hidup sehat.

Ketimpangan ini diperburuk pada populasi yang menghadapi diskriminasi dan marginalisasi. Salah satu contoh nyata adalah fakta bahwa Penduduk Asli memiliki harapan hidup yang lebih rendah daripada Penduduk Non-Pribumi di negara-negara berpendapatan tinggi atau rendah.

Ketidakadilan sosial mendorong ketidakadilan

Laporan Dunia tentang determinan sosial pemerataan kesehatan merupakan laporan pertama yang diterbitkan sejak tahun 2008 ketika Komisi WHO tentang Determinan Sosial Kesehatan merilis laporan akhirnya yang menjabarkan target untuk tahun 2040 guna mengurangi kesenjangan antara dan di dalam negara dalam hal harapan hidup, angka kematian anak dan ibu.

Laporan dunia tahun 2025 menunjukkan bahwa target-target ini kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Meskipun data terbatas, ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa kesenjangan kesehatan di dalam negara sering kali melebar.

Data WHO menyebutkan bahwa anak-anak yang lahir di negara-negara miskin memiliki kemungkinan 13 kali lebih besar untuk meninggal sebelum usia 5 tahun dibandingkan di negara-negara kaya. Pemodelan menunjukkan bahwa kehidupan 1,8 juta anak setiap tahunnya dapat diselamatkan dengan menutup kesenjangan dan meningkatkan kesetaraan antara sektor termiskin dan terkaya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan 40% dalam angka kematian ibu secara global antara tahun 2000 dan 2023, negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah masih menyumbang 94% kematian ibu. Perempuan dari kelompok kurang mampu lebih mungkin meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan kehamilan.

Di banyak negara berpendapatan tinggi, ketimpangan ras dan etnis dalam tingkat kematian ibu masih terjadi, misalnya, di beberapa daerah perempuan Pribumi tiga kali lebih mungkin meninggal saat melahirkan. Ada juga hubungan yang kuat antara tingkat ketimpangan gender yang lebih tinggi, termasuk pernikahan dini, dan tingkat kematian ibu yang lebih tinggi.

Memutus siklus

WHO menekankan bahwa langkah-langkah untuk mengatasi ketimpangan pendapatan, diskriminasi struktural, konflik, dan gangguan iklim merupakan kunci untuk mengatasi kesenjangan kesehatan yang mengakar. Perubahan iklim, misalnya, diperkirakan akan mendorong 68–135 juta orang tambahan ke dalam kemiskinan ekstrem selama 5 tahun ke depan.

Saat ini, 3,8 miliar orang di seluruh dunia tidak memperoleh perlindungan sosial yang memadai, seperti tunjangan cuti sakit berbayar/anak, yang berdampak langsung dan berkelanjutan pada hasil kesehatan mereka.

Beban utang yang tinggi telah melumpuhkan kapasitas pemerintah untuk berinvestasi dalam layanan ini, dengan total nilai pembayaran bunga yang dilakukan oleh 75 negara termiskin di dunia meningkat empat kali lipat selama dekade terakhir.

WHO menyerukan tindakan kolektif dari pemerintah nasional dan lokal serta para pemimpin di bidang kesehatan, akademisi, penelitian, masyarakat sipil, bersama dengan sektor swasta yakni sebagai berikut:

-Mengatasi kesenjangan ekonomi dan berinvestasi dalam infrastruktur sosial dan layanan publik universal.

-Mengatasi diskriminasi struktural dan faktor penentu serta dampak konflik, keadaan darurat dan migrasi paksa.

-Mengelola tantangan dan peluang aksi iklim dan transformasi digital untuk mendorong manfaat bersama dari kesetaraan kesehatan.

-Mempromosikan pengaturan tata kelola yang memprioritaskan tindakan pada determinan sosial kesetaraan kesehatan, termasuk mempertahankan platform dan strategi kebijakan lintas pemerintah, mengalokasikan uang, kekuasaan, dan sumber daya ke tingkat paling lokal di mana hal itu dapat memberikan dampak terbesar, dan memberdayakan keterlibatan masyarakat dan masyarakat sipil.(WHO/SP)