EKONOMI

Harga Emas Pecah Rekor di Indonesia, Sentuh Rp2,2 Juta per Gram Seiring Lonjakan Global

44
×

Harga Emas Pecah Rekor di Indonesia, Sentuh Rp2,2 Juta per Gram Seiring Lonjakan Global

Sebarkan artikel ini

Siaran Publik-Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan tajam baik di dalam negeri maupun di pasar global. Berdasarkan data dari Aneka Logam, harga emas Antam pada Rabu (17/9/2025) tercatat Rp2.200.000 per gram dengan harga buyback Rp2.020.000 per gram.

Untuk pecahan 100 gram, harga jual mencapai Rp212.000.000, sementara harga beli kembali berada di level Rp202.000.000. Kenaikan ini menjadikan harga emas di Indonesia berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah.

Di pasar internasional, harga emas global bergerak pada kisaran 3.660–3.700 dolar AS per ons troy atau sekitar Rp54,8 juta per ons dalam kurs rupiah.

Lonjakan harga emas ini dipicu ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve, pelemahan dolar AS, serta meningkatnya permintaan dari bank sentral dunia.

Deutsche Bank bahkan merevisi proyeksi harga emas pada 2026 menjadi 4.000 dolar AS per ons, sementara UBS menargetkan 3.800 dolar AS per ons di akhir 2025 dan 3.900 dolar AS per ons pada pertengahan 2026.

Meski begitu, tren permintaan emas di China justru menurun. World Gold Council melaporkan penjualan emas batangan dan koin mengalami penurunan tajam karena investor ritel lebih tertarik pada pasar saham domestik yang tengah menguat. Meski demikian, emas tetap menjadi aset safe haven utama bagi investor global di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Harga emas Antam

Harga Emas di Indonesia & Global

Harga emas Antam (per gram) mencapai Rp 2.115.000/gram, tertinggi sepanjang masa menurut laporan Tempo.

Harga emas global kini sekitar USD 3.660–3.700 per ons troy.

Di Indonesia, apabila dirata-ratakan dan dikonversi, harga emas per ons dalam rupiah sekarang berada di kisaran Rp 54.800.000/ons troy.

Tren dan Perkembangan

1. Revisi perkiraan bank besar
Deutsche Bank menaikkan target harga emas untuk 2026 ke USD 4.000/ons, menekankan permintaan dari bank sentral, potensi pelemahan dolar AS, dan kemungkinan pelonggaran kebijakan suku bunga oleh The Fed.
UBS juga memperbarui targetnya menjadi sekitar USD 3.800/ons di akhir 2025, dan ke USD 3.900/ons di pertengahan 2026.

2. Permintaan dan pilihan investor

Di China, investor ritel mulai menarik diri dari emas/bar & koin karena pasar saham domestik lebih attractive. Permintaan grosir emas di sana pada Agustus turun ke angka paling rendah sejak 2010.

Namun secara keseluruhan, emas tetap diminati sebagai aset “safe haven” karena ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

3. Faktor makroekonomi yang mendukung

Ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga.

Dolar AS yang relatif melemah, yang membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lain.

Permintaan bank sentral yang meningkat dan pasokan emas yang tidak begitu besar dibandingkan sebelumnya.