Siaran Publik-Ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran memicu kekhawatiran besar di pasar global. Selat strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab itu merupakan jalur pelayaran vital bagi hampir 20 persen pasokan minyak dunia.
Jika benar-benar ditutup, dampaknya akan meluas ke sektor energi, ekonomi, dan geopolitik dunia. Setiap harinya, sekitar 17 juta barel minyak mentah melewati selat tersebut, sebagian besar berasal dari negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, dan Iran.
Penutupan selat ini diprediksi akan memicu lonjakan harga minyak global, bahkan diperkirakan bisa menembus di atas 100 dolar AS per barel.
“Selat Hormuz adalah nadi pasokan energi global. Jika jalur ini terganggu, dampaknya akan langsung terasa ke seluruh dunia,” ujar analis energi global dari Energy Intelligence, James Rowe.
Selain minyak, pasokan gas alam cair (LNG) dari Qatar juga akan terhambat, memengaruhi suplai energi ke negara-negara Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan India yang sangat bergantung pada impor LNG.
Kondisi ini juga dikhawatirkan akan memicu gejolak ekonomi global. Biaya energi yang melonjak akan meningkatkan inflasi, memperbesar ongkos produksi, serta memperlambat pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara pengimpor minyak.
Situasi ini juga menimbulkan ketegangan geopolitik. Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, disebut siap melakukan intervensi militer jika jalur tersebut ditutup secara paksa. Hal ini berpotensi memperluas konflik di kawasan Timur Tengah.
Dampak bagi Indonesia
Indonesia, sebagai negara pengimpor minyak dan energi, juga tidak akan luput dari dampaknya. Lonjakan harga minyak dunia akan menekan APBN melalui peningkatan beban subsidi energi. Kenaikan harga BBM dan gas dapat memicu inflasi domestik serta kenaikan harga kebutuhan pokok.
“Jika harga minyak dunia melonjak, maka harga BBM kita juga terancam naik. Ini bisa menekan daya beli masyarakat dan memperburuk defisit perdagangan,” jelas Ekonom INDEF, Abra Talattov.
Hingga kini, komunitas internasional terus memantau situasi di Selat Hormuz dengan penuh kewaspadaan. Banyak negara mendesak deeskalasi dan mencari jalur diplomatik untuk mencegah krisis yang lebih luas.