MANCANEGARA

PBB: Serangan Israel di Gaza Utara Tinggalkan Dampak Mengerikan pada Warga Sipil

23
×

PBB: Serangan Israel di Gaza Utara Tinggalkan Dampak Mengerikan pada Warga Sipil

Sebarkan artikel ini
Ribuan pengungsi warga Gaza berbondong-bondong menyelamatkan diri dari serangan besar-besaran. Foto: Mahmoud Abu Hamda

GAZA, SIARAN PUBLIK – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut serangan terbaru Israel di Gaza utara telah meninggalkan dampak yang mengerikan terhadap warga sipil. Rentetan serangan tersebut menewaskan puluhan orang dan menyebabkan ribuan lainnya terpaksa mengungsi ke wilayah selatan Gaza.

“Kami mengecam eskalasi mematikan dari serangan militer Israel, yang kami saksikan selama akhir pekan ini di Gaza City,” kata juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, dilansir dari Xinhua, Senin (15/9).

Ia menegaskan kembali seruan agar perlindungan terhadap warga sipil dan personel kemanusiaan dipatuhi, serta penghormatan penuh terhadap hukum internasional.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat ribuan pengungsi berbondong-bondong melalui Jalan Al Rashid, satu-satunya jalur menuju Gaza selatan, untuk menyelamatkan diri dari serangan besar-besaran. Sejak sebulan terakhir, sekitar 150.000 warga telah berpindah dari Gaza utara ke selatan, termasuk hampir 70.000 orang hanya dalam beberapa hari terakhir.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan sedikitnya 10 bangunan lembaga itu di Gaza City terdampak serangan, termasuk tujuh sekolah dan dua klinik yang dijadikan tempat penampungan pengungsi. “Warga sipil yang kelelahan dan ketakutan kini harus kembali mengungsi seiring meningkatnya intensitas serangan udara,” ujarnya.

Program Pangan Dunia (WFP) menambahkan pengungsian massal ini telah menguras sumber daya keluarga dan meningkatkan risiko kelaparan, terutama bagi anak-anak. Otoritas kesehatan Gaza bahkan melaporkan tiga orang meninggal dalam 24 jam terakhir akibat malanutrisi, menambah total korban jiwa menjadi 425 orang sejak 7 Oktober 2023, sepertiganya adalah anak-anak.

OCHA menyebut biaya pengungsian semakin mahal, mencapai 1.600 dolar AS atau sekitar Rp26 juta, sehingga banyak warga tidak mampu berpindah. Kondisi ini diperburuk dengan terhentinya sepertiga layanan perawatan malanutrisi, minimnya ambulans, serta meningkatnya jumlah pasien di klinik darurat.

Selain itu, upaya bantuan kemanusiaan pun terhambat. Dari 17 misi yang dikoordinasikan dengan otoritas Israel pada Minggu, hanya empat yang berhasil difasilitasi. Tujuh ditolak, sementara sisanya terhambat atau dibatalkan. OCHA juga mencatat 77 persen jaringan jalan di Gaza hancur akibat perang, terutama di Gaza City dan Khan Younis.

“Kendati akses terbatas dan situasi tidak aman, mitra-mitra kemanusiaan tetap berkomitmen memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” tegas OCHA.

PBB menegaskan kembali seruannya agar akses kemanusiaan diberikan tanpa hambatan dan bantuan dapat mengalir dalam skala besar ke seluruh wilayah Gaza, termasuk bagian utara.