Doha – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat memuncak setelah Iran meluncurkan serangan terhadap aset militer AS di kawasan Timur Tengah sebagai balasan atas serangan Washington terhadap situs nuklir bawah tanah Iran. Salah satu sasaran utama adalah Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, pangkalan militer AS terbesar di kawasan tersebut.
Ledakan terdengar di ibu kota Qatar, Doha, pada Senin malam (23/6), saat rudal Iran menghantam Al Udeid, yang terletak sekitar 190 kilometer di selatan Iran, tepat di seberang Teluk Persia. Serangan ini merupakan bagian dari pernyataan balasan Iran terhadap keterlibatan langsung AS dalam konflik Iran-Israel.
Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, menyatakan bahwa semua pangkalan militer AS di kawasan, “atau di tempat lain”, berpotensi menjadi target serangan sebagai pembalasan. “Kami tidak akan diam jika kedaulatan kami dilanggar,” ujarnya dilansir dari Al Jazerah.
Pangkalan Al Udeid, yang dibangun pada tahun 1996 dan memiliki luas 24 hektar, merupakan markas Komando Pusat AS untuk kawasan Timur Tengah dan menampung sekitar 10.000 personel militer dari berbagai negara, termasuk Qatar, AS, Inggris, dan pasukan asing lainnya. Pangkalan ini memainkan peran penting dalam operasi militer AS di Irak, Afghanistan, serta misi kemanusiaan seperti evakuasi Kabul pada 2021.
Serangan tersebut memicu kepanikan. Kementerian Luar Negeri Qatar segera mengumumkan penutupan sementara wilayah udaranya sebagai langkah pencegahan. “Penghentian sementara lalu lintas udara diambil sebagai tindakan preventif atas perkembangan yang terjadi di kawasan,” demikian pernyataan resmi kementerian.
Sebelumnya, Kedutaan Besar AS dan Inggris di Qatar telah mengimbau warganya untuk berlindung, menandai meningkatnya kekhawatiran atas ancaman Iran. Kantor berita Reuters juga melaporkan bahwa terdapat ancaman kredibel terhadap pangkalan Al Udeid sejak Senin siang, dikutip dari seorang diplomat Barat.
Menteri Pertahanan Qatar, yang dikutip oleh Al Jazeera, menyatakan bahwa sistem pertahanan udara Qatar berhasil mencegat rudal yang diarahkan ke pangkalan tersebut. Namun, Qatar secara tegas mengutuk serangan itu dan menyebutnya sebagai “pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan nasional”.
Di tengah ketegangan tersebut, laporan menunjukkan bahwa AS telah memindahkan puluhan pesawat militernya dari Al Udeid sebelum serangan berlangsung. Citra satelit yang dianalisis oleh Planet Labs menunjukkan bahwa dari hampir 40 pesawat yang sebelumnya terlihat di pangkalan pada 5 Juni, hanya tiga yang tersisa pada 19 Juni. Selain itu, kapal-kapal Angkatan Laut AS juga dilaporkan meninggalkan pelabuhan di Bahrain.
Seorang pejabat pertahanan AS kepada Reuters menyebut langkah itu sebagai tindakan rutin perlindungan terhadap pasukan. “Ini bukan hal yang tidak biasa. Perlindungan terhadap pasukan adalah prioritas utama,” katanya.
Dalam operasi militer yang menargetkan situs nuklir Iran, tidak ada satu pun pangkalan AS di Timur Tengah yang digunakan sebagai titik serang. Bahkan, tujuh pesawat pengebom siluman B-2 yang lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri, AS, sempat membuat publik mengira bahwa mereka diarahkan ke Guam—padahal, mereka langsung menuju ke Iran.
Situasi ini menandai eskalasi besar dalam konflik kawasan dan menempatkan negara-negara Teluk, termasuk Qatar, dalam posisi rentan meskipun selama ini memainkan peran penyeimbang diplomatik.