TARAKAN – Seorang warga Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, bernama Heri (39), ditemukan terlantar di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, setelah sebelumnya bekerja sebagai sopir di Sabah, Malaysia.
Dilansir dari fokusborneo.com, Heri mengaku telah merantau dan bekerja di Malaysia sejak usia 18 tahun. Selama 24 tahun di negeri jiran, ia tidak memiliki paspor karena ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Heri pun kembali ke Indonesia tanpa melalui jalur resmi, dengan menyeberang laut hingga tiba di Kabupaten Nunukan pada Maret 2025.
Di Nunukan, Heri sempat berupaya mencari pekerjaan namun tidak berhasil. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Tarakan, berharap mendapatkan pekerjaan, namun nasib berkata lain. Uangnya habis, dan ia pun terlantar.
“Rencananya kalau ada lowongan di sini (Tarakan) saya kerja, kalau tidak ada, ya pulang saja. Saya dari Kolaka, Sulawesi Tenggara,” ujar Heri saat ditemui Rabu (14/5/2025).
Selama bekerja di Malaysia, Heri mengaku tidak memiliki tabungan. Gajinya habis untuk kebutuhan makan dan gaya hidup karena merasa masih bujangan. “Tinggalkan kampung halaman 24 tahun, tabungan tidak ada. Habis sudah,” katanya.
Selain tidak memiliki paspor, Heri juga tidak mengantongi identitas lain, baik E-KTP Indonesia maupun IC Malaysia. Ia juga tidak pernah lagi berkomunikasi dengan keluarganya di Kolaka.
Kepala Bidang Sosial Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Tarakan, Jamaludin, membenarkan bahwa Heri kini tinggal sementara di shelter milik dinas. Selain Heri, ada satu warga terlantar lainnya, yakni Ilyas (63), warga asal Bone, Sulawesi Selatan, yang tersesat saat hendak menuju Sampit, Kalimantan Tengah.
“Sebelum ditangani Dinsos, orang terlantar wajib melalui proses asesmen. Jika tidak memenuhi syarat, maka tidak bisa kami tangani,” jelas Jamaludin.
Menurut SOP, lanjutnya, warga terlantar akan diberikan tempat tinggal dan makan selama tujuh hari. Pihak Dinsos Tarakan juga telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara untuk memulangkan dua warga tersebut ke kampung halaman menggunakan transportasi laut.
Selama tahun 2025, Dinas Sosial Tarakan telah menangani sekitar 24 orang terlantar dari berbagai daerah, termasuk dari Malaysia, Jawa, Sumatera, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara Timur.
Sementara itu, Ilyas mengaku telah hampir sebulan berada di Tarakan dan sempat menginap di Pelabuhan Malundung. “Dua tas saya hilang saat turun dari kapal. Sudah dicari tapi tidak ketemu. Uang dan ATM juga habis,” ujarnya.
Ilyas sempat menghubungi anaknya yang tinggal di Sampit, namun belum mendapatkan kiriman uang hingga akhirnya dibawa petugas ke Dinas Sosial.(FB/SP)/RED)