KOLAKA UTARAPENDIDIKAN

Panitia Lomba Video Konten Literasi di Kolut Minta Maaf, Begini Fakta Sebenarnya

402
×

Panitia Lomba Video Konten Literasi di Kolut Minta Maaf, Begini Fakta Sebenarnya

Sebarkan artikel ini

Kolaka Utara – Panitia Lomba Video Konten Literasi yang digelar Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) menyampaikan permohonan maaf atas polemik pengumuman para pemenang yang diumumkan beberapa waktu lalu. Hal itu dikatakan bukan atas dasar kesengajaan namun adanya kekeliruan dari pengimputan nilai hingga memicu polemik di kalangan peserta.

Protes hasil pengumuman lomba itu muncul dari pihak Mi Familia, peserta yang dianulir namanya yang sebelumnya dinyatakan sebagai peringkat ke III. Mereka tidak terimah dan menduga panitia tidak jujur, transparan dan profesional hingga merugikan peserta lomba.

Ketua Tim Mi Familia, Nurul Hikmah mengatakan jika dutanya telah diumumkan sebagai pemenang pada 24 Mei 2025 dan dipublikasikan di akun medsos resmi Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kolut. Namun, kemenangan kontingennya mendadak dibatalkan dan diumumkan empat hari kemudian.

“Publikasi resmi adalah titik akhir. Tindakan panitia jelas melanggar etika kompetisi dan administrasi,” imbuhnya.

Ia juga mengatakan jika Panitia beralasan jika pembatalan itu karena kesalahan teknis, tanpa klarifikasi dan komunikasi personal yang baik, serta empati atas perasaan peserta yang sudah diberi harapan.

“Ini bukan soal piala atau gelar. Ini tentang transparansi, profesionalisme, dan menghargai karya serta jerih payah peserta. Ketika lembaga yang seharusnya menjadi panutan dalam dunia literasi justru abai pada prinsip integritas, maka yang dirugikan bukan hanya peserta, tetapi juga semangat literasi itu sendiri. Kami menulis ini bukan untuk mencari simpati, melainkan untuk menyuarakan kekecewaan yang besar dan wajar,” tuturnya.

Nurul Hikmah menegaskan jika alasan panitia tidak masuk akal karena telah melalui dua tahap penilaian dan pengumuman.

Klarifikasi dan Permohonan Maaf

Ketua Panitia Lomba, A. Ida yang dimintai tanggapannya tidak menyanggah jika kekeliruan itu memang dari kesalahan pengimputan data (nilai). Hal itu diketahui setelah dilakukan pengecekan ulang antara lembaran nilai dengan yang diinput via aplikasi Excel.

“Ada satu nilai yang salah input dari angka 74 di lembar nilai tetapi yang diinput justru angka 34. Ini murni kekeliruan teknis, tidak ada unsur kesengajaan atau tekanan dari pihak mana pun,” ujarnya sembari memperlihatkan lembaran nilai rekap tersebut.

Kekeliruan penginputan itu baru diketahui empat hari berikutnya disaat rekapan nilai hendak dilakukan penandatanganan dari dewan juri. Penandatanganan itu tidak dilakukan pada 25 Mei karena pada saat itu merupakan hari Sabtu atau libur berkantor.

“Saya cek satu per satu ternyata ada yang salah input di Excel. Ketika saya tidak memperbaiki hal ini pasti kami tidak adil dan merampas hak pemenang yang sebenarnya,” ucapnya.

Usai mengetahui fakta dan mengumumkan para juara tersebut, pihaknya pun mengaku diliputi rasa dilemah antara mempertahankan nilai yang salah dan mengabaikan hak pemenang sebenarnya atau sebaliknya. Dengan prinsip kejujuran dan keadilan, pihaknya terpaksa melakukan pembatalan meskipun dinilai pahit dan menerimah konsekuensi yang ada.

“Kami sudah menyampaikan permintaan maaf kepada pihak yang dirugikan karena menimbulkan ketidaknyamanan. Kami menyadari dan itu murni kesalahan teknis namun keputusan ini harus kami ambil sesuai fakta yang sebenarnya,” ucapnya.

Tidak hanya itu, panitia juga sempat menerima protes dari peserta lain soal durasi video milik Mi Familia yang dianggap tidak sesuai pedoman terkait durasi. Namun, pihaknya menyebut bahwa sebelum tahap penilaian, sudah ada komunikasi dengan dewan juri terkait kemungkinan adanya kebijakan khusus melihat kondisi lapangan, termasuk memberikan apresiasi pada peserta yang aktif dalam sesi pembekalan.

“Memang ada peserta yang merasa dirugikan, bahkan sempat datang langsung menyampaikan keberatan. Namun kami memiliki bukti diskusi dan keputusan bersama dalam grup juri yang menjadi dasar pengambilan keputusan,” jelasnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab, panitia menggelar sesi klarifikasi melalui Zoom dan grup WhatsApp peserta untuk menjelaskan seluruh proses dan dasar pengambilan keputusan. Namun, karena kendala teknis saat Zoom dan keterbatasan waktu, penjelasan tersebut sempat tertunda dan menimbulkan kesalahpahaman.

“Jadi bukan sengaja menghentikan zoom karena durasi waktunya telah habis hingga kami lanjutkan pembicaraan melalui grup whatsap,” katanya meluruskan.

Di akhir pernyataannya, mewakili seluruh panitia lomba menegaskan kembali bahwa mereka bertindak berdasarkan asas keadilan dan keterbukaan, serta berkomitmen untuk menjadikan evaluasi ini sebagai pelajaran dalam pelaksanaan lomba berikutnya.