KOLAKA UTARA – Populasi hewan kurban berupa sapi dan kambing di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) Sulawesi Tenggara (Sultra) tercatat 4.907 ekor jelang hari raya Idul Adha. Dokter Hewan di daerah tersebut turun tangan lantaran beberapa ekor diantaranya telah terinfeksi penyakit menular.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kolut, Kamal Mustafa merinci, populasi sapi saat ini tercatat sebanyak 2.592 ekor dan kambing 2.315 ekor. Namun populasi ini belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan kurban, mengingat tingginya permintaan dari masyarakat.
“Tahun lalu, jumlah hewan kurban mencapai sekitar 1.000 ekor. Tahun ini kami perkirakan bisa meningkat hingga 1.100 ekor karena tingginya semangat kurban di daerah ini,” imbuhnya. Kamis (29/5/2025).
Untuk mendukung kegiatan kurban, pihaknya tetap membuka posko pemeriksaan hewan di kantor dinas jika diperlukan. Petugasnya juga siap turun ke lapangan bila ada laporan dan permintaan dari masyarakat yang ingin memeriksakan kondisi kesehatan hewannya yang akan dikurban.
“Kami tetap siaga. Pemeriksaan bisa dilakukan langsung di lapangan, cukup dengan laporan dari warga,” tutupnya.
Sementara itu, Dokter Hewan Disbunak Kolut, dr. Sahrir mengungkapkan pihaknya telah mendeteksi hewan yang terinfeksi penularan penyakit yakni Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Desa Tinuna, Kecamatan Porehu berjumlah enam ekor.
“Ini yang dilaporkan dan diketahui setelah diperiksa dan telah kami lakukan penindakan berupa pemberian vitamin, obat-obatan, dan peningkatan biosekuriti di titik-titik yang ditemukan kasus PMK. Masalahnya, banyak juga pedagang ternak enggan melapor saat memasok hewan dari luar daerah,”ujarnya.
Selain PMK kata dr Sahrir, dua penyakit lainnya yang kerap ditemukan jelang Idul Adha yakni Jembrana (sejenis penyakit ternak diakibatkan virus) dan brucellosis (penyakit keguguran). Ketiga dapat memengaruhi kualitas dan kelayakan hewan untuk dikurbankan.
“Jadi masyarakat yang hendak beli hewan kurban harus jeli dan paham penyakit ini agar tidak dikelabui penjual yang tidak jujur dan malas pusing dengan kondisi hewan yang dijualnya yang penting laku,” ucapnya.
Olehnya ia mengedukasi masyarakat jika PMK memiliki ciri dan gejala menonjol berupa luka di mulut, air liur berlebihan, dan luka di kuku yang menyebabkan sapi pincang. Sementara penyakit Jembrana ditandai dengan keluarnya keringat darah dan demam tinggi, sedangkan Brucellosis tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas dan hanya dapat terdeteksi melalui uji laboratorium.
Pihaknya pun memperingati agar berhati-hati membeli hewan kurban khususnya yang sengaja dipasok dari luar daerah Sultra tanpa dokumen dan ijin resmi dari pihak berwenang. Hal ini diingatkan lantara kerap ditemukan kasus berupa sapi yang diselundupkan masuk Kolut dari daratan Sulsel secara diam-diam.
“Ini yang menjadi tantangan kami untuk memastikan semua hewan kurban benar-benar sehat,” tutupnya.