Siaranpublik.com, Mataram – Munahir datang dengan langkah pelan dan hati penuh harap. Di usia 56 tahun, ia tak pernah membayangkan bahwa pengakuan negara justru datang di penghujung masa kerjanya. Di tengah ribuan peserta pelantikan PPPK Paruh Waktu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, ia menerima kabar yang membuat dadanya sesak sekaligus lega: ia resmi dilantik, namun hanya sepekan lagi akan memasuki masa pensiun.
Saat Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menyerahkan Surat Keputusan (SK) secara langsung, Munahir tak sanggup menahan air mata. Ia bergetar, lalu bersujud di hadapan panggung. Detik-detik momen mengharukan itu diabadikan dalam sebuah video berdurasi 1 menit 9 detik dan viral di media sosial.
Tentunya, Munahir bukan semata bersedih, melainkan karena rasa syukur yang akhirnya menemukan jalannya setelah 34 tahun pengabdian tanpa kepastian. Sejak 1990, Munahir dikabarkan mulai mengabdi di SMKN 1 Dompu sebagai penjaga malam sekaligus petugas kebersihan, Munahir kemudian dipercaya menjadi petugas keamanan di sekolah yang sama hingga saat ini.
Hari itu, Munahir menjadi satu dari 9.411 tenaga honorer yang dilantik menjadi PPPK Paruh Waktu di Lapangan Bumi Gora, Kantor Gubernur NTB pada Selasa (23/12). Ketika namanya dipanggil untuk menerima SK secara simbolis, tangan Munahir gemetar. Untuk pertama kalinya sepanjang hidupnya, ia berjabat tangan langsung dengan orang nomor satu di NTB.
“Akhirnya kita sampai di titik ini. Setelah perjuangan panjang, tidak ada satu pun dari 9.411 orang ini yang tertinggal. Alhamdulillah, hari ini semuanya bisa dilantik. Atas nama pribadi, saya mengucapkan selamat atas penantian panjang yang akhirnya terwujud,” ujar Gubernur dikutip dari Biro Adpim NTB.
Gubernur juga memberikan apresiasi kepada para PPPK Paruh Waktu yang telah mengabdi selama puluhan tahun, bahkan hingga 34 tahun, sebelum memperoleh pengangkatan resmi. Ia mengajak seluruh penerima SK untuk mensyukuri kesempatan tersebut.
Di tengah kebahagiaan itu, Munahir juga menerima kenyataan bahwa masa tugasnya hampir usai. Hanya tujuh hari lagi, ia akan menutup perjalanan panjang pengabdiannya. Namun justru di ambang perpisahan itulah, negara akhirnya menyapa dan mengakui jerih payahnya.
Kejutan belum berhenti. Di hadapan ribuan peserta, Gubernur Lalu Muhamad Iqbal menyerahkan hadiah umrah kepada Munahir. Tangisnya pun pecah kembali. Bagi Munahir, hadiah itu bukan sekadar perjalanan ibadah, melainkan penghibur dan penguat hati setelah puluhan tahun menunggu.
Hari itu, Munahir pulang dengan membawa SK PPPK Paruh Waktu, kabar pensiun yang kian dekat, dan keyakinan bahwa pengabdian yang dijalani dengan tulus, meski lama terabaikan, pada akhirnya akan menemukan pengakuannya sendiri.(*)






